Senin, 11 Agustus 2014

UJIAN AKHIR SBY-JK

Perlu diingat, pangan adalah urusan perut yang tidak bisa ditawar sebagaimana urusan politik. Ketersediaan yang cukup dan akses yang memadai adalah dua kata kuncinya. Pengalaman menunjukkan, masyarakat miskin rela mempertaruhkan nyawa sekadar untuk memenuhi isi perut, dan bukan untuk memperkaya diri. Fenomena ini perlu diwaspadai jika Pemerintahan SBY-JK jika ingin lulus ujian akhir sebelum menyelesaikan masa jabatannya.
       
    Daya tahan Pemerintahan SBY-JK terus menghadapi ujian berat, mulai bencana tsunami, separatisme Aceh, ancaman terorisme, bencana alam yang beruntun, gejolak moneter, melambungnya harga minyak, hingga persoalan BLBI. Agaknya, segala cobaan ini belum akan berakhir. Masih ada masalah fundamental yang perlu diselesaikan secara mendasar dan simultan di akhir Pemerintahannya, yaitu persoalan kedaulatan pangan (produksi, ketersediaan, dan akses pangan) serta lapangan kerja bagi masyarakat miskin dan mendekati miskin (near poor).
       Tekanan atas gejolak dan harga pangan dunia ini sulit dihindari oleh Indonesia dan negara berkembang lainnya. Ini merupakan konsekuensi globalisasi yang selama ini diperjuangkan negara maju untuk menguasai negara berkembang dan miskin dalam format kolonialisme ekonomi gaya baru. Pertanyaan fundamentalnya: benarkah pasokan dan harga pangan nasional akan mengalami gejolak sebagai dampak bergolaknya pasokan dan harga pangan dunia?

Gejolak Produksi dan Harga Pangan
       Gejolak produksi dan harga empat komoditas pangan utama dunia: terigu, kedelai, jagung, dan beras, telah menyeret Indonesia memasuki pusaran gejolak ekonomi dan politik global. Masyarakat miskin pun menjadi korban utamanya. Harga beras dunia yang menyentuh US$ 745 menyebabkan efek bola salju luar biasa terhadap perdagangan dunia, harga beras dalam negeri, kemiskinan, dan akses pangan warga miskin. Kondisinya diprakirakan makin runyam karena, menurut World Agricultural Outlook Board (2008), pasokan empat komoditas utama dunia pada 2008 ini diprakirakan terpangkas secara signifikan.
       Fenomena meluasnya ledakan jamur Ug 99 pada pertanaman gandum dari Afrika ke Iran, dan kini meluas ke Pakistan, telah mengganggu rantai produksi di Asia Selatan. Pasokan untuk Pakistan, Punjab, India, merosot 10%, sehingga mendorong peningkatan harga yang luar biasa. Sementara itu, stok terakhir gandum Amerika Serikat pada Maret diprediksi lebih rendah 30 juta bushels dibandingkan dengan Februari 2008. Padahal, konsumsinya meningkat 5% dan ekspornya bertambah 25 juta bushels (1 bushels = 27 kilogram). Situasi ini membuat pasokan dan harga gandum lebih dinamis dan penuh uncertainty. Dua fenomena itu dipastikan berdampak langsung terhadap pasokan dan harga pangan dunia, termasuk Indonesia.
       Cadangan beras dunia yang menipis dan produksi beras dunia yang cenderung menurun menyebabkan Cina melakukan pembelian dua kali lipat untuk mengantisipasi shortage pangan dan melonjaknya harga akibat stok di pasar dunia menipis. Permintaan jagung dunia terus melonjak di tengah menurunnya pasokan dunia. Ini terkait dengan penggunaan jagung sebagai energi alternatif. Walhasil, situasi ini menyebabkan gejolak pasokan dan harga jagung dunia, termasuk Indonesia. Apalagi, Amerika sebagai produsen jagung terbesar hanya menanam 86 juta akre (8% lebih rendah dari tahun sebelumnya). Implikasinya, harga jagung bertengger di angka US$ 6 per bushel untuk Chicago Board of Trade (CBOT) bahkan pernah mencapai rekor tertinggi US$ 6,02.
       Turbulensi pasokan dan harga jagung diprediksi makin kuat apabila sentra produksi jagung Amerika (corn belt) mengalami keterlambatan tanam akibat gangguan suhu dingin dan cuaca yang terlalu basah. Melambungnya harga jagung berpengaruh langsung terhadap meningkatnya harga pakan ternak dan daging ayam yang merupakan sumber gizi dan protein murah sampai saat ini.
       Harga kedelai diprediksi naik 14% dan stabil pada harga US$ 12,57 per bushel di CBOT. Sejauh ini, tak ada alasan harga kedelai turun. Cadangan kedelai Amerika menyusut karena ekspornya ke Cina meningkat. Stok di pasar dunia juga cenderung menciut. Kenaikan volume pasokan kedelai dari Brasil agaknya tak bisa mengompensasi merosotnya produksi di Bolivia.
       Walhasil, harga kedelai masih akan bertengger di atas normal. Jelas, kondisi ini berpengaruh terhadap harga kedelai di Indonesia. Pemberian subsidi, antara lain dengan pembebasan bea masuk impor, tetap saja belum menggembirakan perajin tahu-tempe. Situasi yang berat ini ditambah pula dengan kekacauan musim di Eropa, yang ditandai dengan fluktuasi suhu maksimum dan minimum sangat tinggi, yang menyebabkan terjadinya gagal panen dan penurunan kualitas produk pertanian Eropa.


 Akses Pangan dan Kemiskinan
       Melonjaknya harga gandum, kedelai, beras, dan jagung terjadi dari tahun lalu. Bahkan kini sinyalnya menunjukkan kecenderungan penguatan. Ini peringatan bagi Pemerintah yang harus diwaspadai dan diantisipasi secara dini. Menurunnya pasokan dan melambungnya harga pangan di pasar dunia akan menjadikan masyarakat miskin harus membayar lebih mahal dengan kuantitas yang sama, sehingga secara langsung akses masyarakat mendekati miskin meluncur menuju jurang kemiskinan.
       Ketersediaan dan akses pangan menjadi penting artinya, karena: (i) menyangkut urusan hidup dan mati serta masa depan generasi mendatang dan (ii) sangat menentukan dinamika angka rakyat miskin. Menurunnya akses pangan yang memadai pada masyarakat miskin yang populasinya masih sangat tinggi akan menghasilkan generasi yang kurang kompetitif di masa mendatang. Respons masyarakat miskin atas melambungnya harga pangan dipastikan sangat luas (sistemik) dan menjadi pembentuk utama pola pikir dalam menentukan preferensi pemilih pada Pemilu 2009.
       Pemerintah perlu mendorong sekuat tenaga indikator makro-ekonomi yang ada agar penetrasinya lebih kuat dalam menggerakkan mikro-ekonomi di kantong kemiskinan. Penciptaan lapangan kerja menjadi useless apabila gaji pekerja tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok minimum akibat melonjaknya harga pangan. Masyarakat juga harus disadarkan agar tidak mengharapkan harga pangan murah melalui subsidi dalam kondisi pasokan dan harga pangan dunia pada saat ini. Jalan satu-satunya yang dapat menerobos kebuntuan pasokan, harga, dan akses pangan serta penyediaan lapangan kerja adalah mengembangkan sentra pangan baru pada lahan yang underutilized sebagai realisasi revitalisasi pertanian.

Peran BUMN dan Swasta
       Pemerintahan SBY-JK bersama masyarakat perlu mencermati dominasi gerakan non-state actor untuk memperlemah peran negara beserta state actor-nya sebagai implikasi globalisasi dan liberalisasi. Melemahnya peran negara yang diikuti menguatnya peran non-state actor akan memosisikan negara beserta rakyat miskin menjadi subordinasi kapital internasional dalam produksi pangan dan menyediakan akses pangan bagi warga miskin. Mendorong badan usaha milik negara (BUMN) berbasis pertanian dan swasta nasional untuk secepatnya take action dalam pengembangan produksi pangan nasional merupakan pilihan utama dalam menghadapi sekaligus meredam gejolak pasokan dan harga pangan dalam negeri.
       Pendekatan ini memungkinkan adopsi teknologi maju, perluasan akses dan jaminan pasar, serta efisiensi proses produksi dapat dioptimalkan. BUMN juga dapat berperan sebagai penjamin dalam program pengembangan komoditas pangan. Sejalan dengan itu, Pemerintah kabupaten/kota perlu menyediakan lahan untuk pengembangan komoditas pangan dan menyederhanakan peraturan perizinannya.
       Tingginya dampak anomali iklim dalam kurun lima sampai 10 tahun ke depan diprakirakan akan mendestabilisasi pasokan dan harga pangan dunia. Indonesia perlu memanfaatkan peluang itu untuk meraih manfaat besar dalam produksi pangan, sekaligus menghasilkan angka pertumbuhan signifikan yang menyentuh akar rumput di lapangan.
       Skema pendanaannya dapat diperoleh dari dana corporate social responsibility BUMN yang selama ini kinerjanya sulit dipantau. Apabila dalam enam hingga 12 bulan ke depan dapat direalisasikan Pemerintah, harapan untuk memenangkan Pemilu 2009 masih terbuka. Sebaliknya, jika tidak ada perubahan signifikan, gejolak pasokan dan harga pangan ini akan dieksploitasi lawan politik Pemerintah untuk menghancurkan reputasi dan prestasi yang selama ini sudah dihasilkan.

       Perlu diingat, pangan adalah urusan perut yang tidak bisa ditawar sebagaimana urusan politik. Ketersediaan yang cukup dan akses yang memadai adalah dua kata kuncinya. Pengalaman menunjukkan, masyarakat miskin rela memper-taruhkan nyawa sekadar untuk memenuhi isi perut, dan bukan untuk memperkaya diri. Fenomena ini perlu diwaspadai jika Pemerintahan SBY-JK jika ingin lulus ujian akhir sebelum menyelesaikan masa jabatannya.

(di muat di Harian Umum Gatra – 14 April 2008)

Tidak ada komentar: