Apa pun konsekuensinya dan berapa pun biayanya, Pemerintah
perlu menyisir dan mengurai secara tuntas dan rinci akar masalah jebolnya
reservoir Situ Gintung agar kejadian serupa tidak terjadi pada kemudian hari.
Jumlah korban seratusan jiwa meninggal dan seratusan
hilang sampai saat ini belum ditemukan serta kerugian harta benda yang besar
diikuti tekanan psikologis yang sangat berat cukup menjadi argumen bagi Pemerintah
dan semua pemangku kepentingan untuk mengakhiri simpang siur dan polemik. Yang
perlu dijawab adalah persoalan fundamental jebolnya reservoir air yang selama
ini menjadi sumber penghidupan dan rekreasi masyarakat. Pertanyaannya
mendasarnya adalah dari mana pintu masuknya dan siapa yang melakukannya?
Audit Investigasi BPK
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melalui audit investigasi
dapat menyisir persoalan fundamental penyebab jebolnya reservoir Situ Gintung dengan menggunakan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air sebagai pintu masuknya. Tanggung jawab atas
rehabilitasi dan biaya operasional pemeliharaan (OP) reservoir Situ Gintung
dapat dikembangkan sebagai penelusurannya.
Informasi tersebut selanjutnya dapat dikembangkan untuk
mengaudit penggunaan dana rehabilitasi, operasional, dan pemeliharaan Situ
Gintung tahun anggaran 2008 dan anggaran tahun sebelumnya. Akuntabilitas dan
transparansi penggunaan dana rehabilitasi dan OP sangat penting agar sinyalemen
terjadinya kebocoran penggunaan dana OP dan rehabilitasi dapat diketahui
kondisi sebenarnya.
Lebih jauh investigasi dapat diperdalam dengan
mencermati lebih rinci adakah perbuatan melawan hukum dan memperkaya diri
sendiri atas bobolnya Situ Gintung? Bahkan, apabila ditemukan tindak pidana
korupsinya, Komisi Pemberantasan Korupsi perlu menyidik karena selain menimbulkan
kerugian negara, juga menyebabkan kejahatan humanitarian yang sangat memilukan.
Pendekatan ini sebagai respons dan konsekuensi atas pembagian kewenangan dalam
pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan Undang-Undang.
Investigasi selanjutnya diperluas dengan menyisir
pelanggaran tata ruang yang secara kasatmata terlihat jelas. Pemberi izin yang
melanggar tata ruang juga harus diberi sanksi setimpal karena di banyak tempat
pemberi izin secara kasatmata melakukan pelanggaran terbuka tanpa peduli dampak
negatif yang ditimbulkan. Mafia perizinan ini harus dibersihkan karena sebagian
besar malapetaka banjir, kekeringan, dan tanah longsor titik awalnya bersumber
dari pelanggaran tata ruang. Pendekatan ini akan menimbulkan jera para mafia
tata ruang yang selama ini tidak saja merusak lingkungan, tetapi juga menelan
korban manusia demi kepentingan sesaat dan sesat mereka.
Reservoir dalam Kaskade
Polemik tentang penyebab bobolnya Situ Gintung akibat
terjadinya curah hujan eksepsional lebih dari 160 mm selama 2 jam harus
dihentikan. Selain tidak sepenuhnya benar, hal itu juga akan menjadi modus
pengelola situ lainnya ke depan untuk lepas tanggung jawab apabila terjadi
kondisi serupa. Argumennya, sejak dibangun pada zaman Belanda, hampir
dipastikan kejadian hujan lebat (exceptional
rainfall) tidak hanya terjadi pertama kali sehingga pertanyaan selanjutnya
adalah mengapa hanya hujan kali ini yang menyebabkan reservoir Situ Gintung jebol?
Merosotnya daya tampung air waduk dan tanah di sekitar
daerah tangkapan menjadi penyebab yang harus disembuhkan. Kondisi ini
diperburuk dengan banyaknya permukiman penduduk di hulu dan hilir Situ Gintung
sehingga tanggul dan tanah di daerah tangkapan Situ Gintung dalam kondisi jenuh
air dan rapuh sehingga daya sangganya rendah.
Pembangunan reservoir
dalam kaskade di hulu Situ Gintung dalam jumlah yang banyak dan terdistribusi
merata merupakan suatu keharusan jika Situ Gintung akan dibangun kembali.
Pendekatan ini memungkinkan terjadinya pembagian beban aliran air dan sedimen
sehingga daya dorong dan daya rusak energi air dapat dipadamkan secara
bertahap.
Fakta lapangan keberhasilan pengelolaan air reservoir
dalam kaskade ini terefleksi dalam teras sawah yang dibangun dari puncak gunung
sampai ke pantai. Sekalipun badai hujan besar terjadi, kita tidak pernah/jarang
sekali menyaksikan pematang sawah yang kecil dan panjang itu ambrol terseret
air. Pelajaran dari kearifan nenek moyang kita mengelola reservoir teras dalam kaskade harus diimplementasikan untuk
mengelola reservoir besar yang konon
semakin mengkhawatirkan kondisinya.
(di muat di Harian
Umum Kompas, 2 April 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar