Jumat, 08 Agustus 2014

INDONESIA MENJADI EKSPORTIR BERAS?

        Pernyataan sekaligus pertanyaan ini sangat menggelitik karena Pemerintah melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian akan meluncurkan Pekan Padi Nasional (PPN) III yang akan dibuka Presiden tanggal 24 Juli 2008.
       Melalui PPN III ditampilkan kemajuan terkini (state of the art) teknologi padi dan budidayanya mendukung peningkatan produksi padi nasional.
       Keberhasilan ini terefleksi dari keberhasilan program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) yang mampu mendongkrak peningkatan produksi padi 4,98 persen (tahun 2007) dan 4,76 persen (angka ramalan/ARAM II 2008).
Padahal, kita mencatat luas alih fungsi lahan yang mencapai 80 ribu hektare per tahun baru diimbangi pencetakan sawah 25 ribu hektare pada tahun 2007.
       Data statistik ini diperkuat dengan masih stabilnya harga beras dalam negeri pada aral (level) yang jauh lebih murah dibandingkan harga beras di pasar internasional. Pertanyaannya, dengan keberhasilan fantastis yang dicapai tahun 2007 dan 2008, mampukah Indonesia menjadi eksportir beras dunia? Kalau ya, bagaimana dan kalau tidak mengapa?
Varietas Unggul Baru
       Keberhasilan revolusi hijau pertama melalui titik berat perbaikan sumber daya genetik dan peningkatan agro input utamanya pupuk dan pestisida merupakan teknologi penyelamat manusia dari bahaya kelaparan. Indonesia mampu meningkatkan produksi beras dari 8,0 juta ton pada tahun 1963 menjadi 32 juta ton pada 2004 (produksi meningkat 400 persen dalam kurun waktu 40 tahun).
       Format ini akan dikembangkan revolusi hijau generasi kedua untuk meningkatkan produksi padi secara signifikan. Beberapa teknologi unggulanyang telah dihasilkan antara lain varietas unggul hibrida potensi hasil tinggi (Gilirang, Ciapus, Cimelati) dan hibrida (Maro, Rokan, HIPA-3, HIPA-4, HIPA-5, HIPA-6), ketahanan penyakit wereng batang coklat (Membrano, Widas, Ciherang), perbaikan cekaman abiotik (Jatiluhur, Batutegi), Mutu pulen (Ciherang, Cigeulis, Cibogo), umur genjah (Silunggonggo, Batang Gadis, Situ Patenggang), mutu gizi (vitamin B) beras merah Aek Sibundong. Juga dihasilkan varietas unggul rendah emisi gas metan, seperti Ciherang, Way Apo Buru, Cisantana, dan Tukad Balian dengan teknik pengelolaan lahan dan air, pemupukan yang mampu menekan emisi gas metan sehingga dapat berkontribusi lebih besar dalam mitigasi perubahan iklim.
       Varietas unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim seperti kekeringan, banjir, salintas, serta toleran hama/penyakit telah dikembangkan. Ditemukannya varietas unggul baru inhibrida dan hibrida umur pendek yang adaptif terhadap perubahan iklim, maka sepanjang tahun lahan sawah dan lahan kering dapat ditanami paling tidak dua kali setahun.
       Musim hujan ditanami padi sawah, sementara musim kemarau ditanami padi gogo atau lahan kering. Kombinasi produktivitas dan peningkatan luas panen, akan memberikan lompatan produksi padi nasional yang sangat signifikan.
       Kesempatan ini harus disebut bangsa Indonesia momentum krisis pasokan dan harga atas pangan dan energi dunia merupakan kesempatan untuk memulai ekspor beras dan mendapatkan devisa dalam jumlah yang sangat signifikan.

Peran Pemda
       Diperlukan tiga strategi untuk mencapai ekspor beras yang diperhitungkan, yaitu 1) akselerasi perbanyakan benih sumber yang signifikan, 2) harga gabah yang menarik, dan 3) peranan Pemerintah provinsi, kabupaten/kota dalam mendorong peningkatan produksi padi melalui kerja sama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan 1 Badan Usaha Milik Negara dan Balai Benih Induk Padi dan penangkar (masyarakat), Pemerintah telah menghitung kebutuhan benih nasional.
       Didukung Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), maka akselerasi produksi benih nasional dilakukan. Menurut penelitian, pergantian benih lokal ke benih unggul bersertifikat maka peningkatan produksi padi dapat mencapai kisaran 500-900 kilogram perhektar. Melalui peningkatan luas tanam dengan introduksi varietas padi gogo, maka peningkatan produksi padi nasional dapat ditingkatkan mencapai 30 persen selama 2-3 tahun.
       Harga gabah yang menarik perlu terus dipertahankan, bahkan ditingkatkan karena saat ini nilai tukar petani masih 107. Apabila dapat ditingkatkan sampai 112-115, maka daya beli dan kesejahteraan petani dapat ditingkatkan.
       Diperlukan keberpihakan Pemerintah dari semua pihak agar petani dapat diberdayakan dan bukan diperdaya oleh pasar dan para mafia ekonomi. Penguatan ekonomi petani merupakan pilihan yang mulai diambil Pemerintah dengan melakukan stabilisasi harga gabah di dalam negeri.
       Saat ini petani masih sering dihadapkan pada anjloknya harga gabah saat panen raya sehingga peran Pemerintah untuk menolong mereka secara konsisten perlu terus dipertahankan. Peran provinsi dalam koordinasi dengan kabupaten/kota sangat besar kontribusinya terhadap kinerja peningkatan produksi padi nasional.
       Peningkatan efisiensi dan efektivitas dana tugas pembantuan, dana alokasi khusus, dan dana dekonsentrasi serta anggaran pendapatan dan belanja negara provinsi, kabupaten/kota maka akan terakumulasi kekuatan yang luar biasa dalam produksi padi nasional.
       Ketaatan pada gubernur, bupati dan wali kota dalam menyukseskan Indonesia sebagai eksportir beras mutlak diperlukan karena tanpa dukungan itu, maka target itu akan menjadi isapan jempol belaka.
       Perubahan fundamental posisi Indonesia sebagai importir beras besar dunia menjadi eksportir beras dunia, maka akan menaikkan harga diri bangsa dan negara.
       lnilah indikator penciri yang terukur bagi semua pihak untuk menilai kinerja aparat dan Pemerintah yang mendapat amanah rakyat. Pendekatan ini memungkinkan prinsip reward and punishment dapat diimplementasikan secara langsung di lapngan.
       Posisi pasokan pangan yang aman memungkinkan Pemerintah dapat membangun dengan tenang tanpa merasa khawatir mengalami guncangan pasokan dan harga pangan. Tekad ini sudah dicanangkan Pemerintah, roda clan mesin sudah berjalan. Yang diperlukan adalah akselerasi program dengan peningkatan efisiensi clan efektivitas penggunaan anggaran di lapangan.

       Padi merupakan kehidupan sehingga kalau bangsa Indonesia ingin tetap hidup dan berjaya di percaturan dunia, maka pemenuhan kebutuhan pangan utamanya beras harus diprioritaskan. Pimpinan nasional yang peduli petani dipastikan akan terpilih pada pemilu 2009 sehingga pilihannya ada pada calon Presiden.

(di muat di Harian Umum Republika – 24 Juli 2008)

Tidak ada komentar: