Berdasarkan perbedaan orientasi dan
keragaman kepentingan terhadap terjadinya kekeringan, maka Pemerintah perlu
menyediakan data dan informasi kekeringan serta dampaknya secara real time agar
dapat dimanfaatkan seluruh kepentingan pemangku kepentingan (stakeholder) sebagai bagian dari
pelayanan masyarakat (public services).
Salah satunya adalah menyampaikan kondisi
aktual (actual condition),
kecenderungan perkembangannya (trend of
development) serta teknologi adaptasi dan mitigasinya (adaptation and mitigation technologies) agar dampak positif
kekeringan dapat dioptimalkan dan dampak negatifnya dapat direduksi.
Perubahan pola adaptasi dan mitigasi
kekeringan ini dapat dilakukan dengan mengembangkan sistem deteksi dini
kekeringan (early detection system for
draught) secara spasial dan temporal, dengan memanfaatkan stasiun iklim
otomatis dan sarana telekomunikasi tersedia yang sudah dapat dikerjakan oleh
bangsa Indonesia sendiri.
Ada empat keluaran utama (principal output): (1) kadar lengas
tanah (soil moisture) zona perakaran,
(2) curah hujan aktual dan prakiraannya 3, 6, dan 9 bulan ke depan, (3) masa
tanam dan jenis komoditas yang diusahakan serta risiko penurunan hasil
berdasarkan rekomendasi saat tanam, (4) perkembangan musim.
Struktur
Secara skematis struktur, mekanisme sistem
peringatan dini kekeringan terdiri atas lima subsistem, yaitu (a) stasiun iklim
otomatis sebagai subsistem pengukur (measurement
sub system), (b) server basis data sebagai subsistem penyimpan (storage subsystem), (c) server proses
sebagai subsistem pengolah (analysis
subsystem), (d) server web sebagai subsistem diseminasi (dissemination subsystem), dan (e)
jaringan sebagai subsistem penghubung (network
subsystem).
Sejak tahun 1999, Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi Badan Litbang Pertanian telah memiliki 75 stasiun
iklim otomatis dengan 100 penakar hujan otomatisnya yang merekam data iklim
harian (suhu udara, lengas tanah zona perakaran, radiasi matahari, kecepatan
dan arah angin, kelembaban udara) di Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara Timur.
Semua stasiun iklim otomatis dapat diakses
secara online real time apabila tersedia jaringan telepon. Sayangnya di
sebagian besar areal tempat stasiun iklim otomatis di install tidak tersedia
jaringan telepon (remote area),
sehingga saat ini sedang dikembangkan dengan memanfaatkan jaringan PSN agar
masalah transfer data iklim dari stasiun iklim otomatis ke server basis data
dapat dipecahkan.
Server basis data diperlukan untuk menyimpan
data iklim hasil pengukuran lapangan secara terstruktur sesuai format pangkalan
data agar dapat mudah diakses dan langsung dianalisis sesuai dengan tujuan.
Server proses digunakan untuk menganalisis
data iklim yang tersimpan pada basis data untuk menghasilkan: (1) prakiraan
curah hujan 3, 6, dan 9 bulan ke depan, (2) menghitung saat masa tanam optimum
serta kehilangan hasilnya dalam bentuk buletin agroklimat, (3) informasi
perkembangan musim berdasarkan analisis data real time perubah iklim.
Hasil pengolahan data dari server proses
selanjutnya dapat ditampilkan ke server web untuk dapat diakses pengguna. Interkoneksi
antara alat dengan server basis data digunakan jaringan nirkabel sedangkan
hubungan antar-server digunakan sistem jaringan lokal (local area network).
Teknik saringan Kalman (Kalman filter) digunakan untuk memodel prediksi
jeluk (depth) curah hujan 3, 6, dan 9
bulan ke depan berdasarkan seri data curah hujan dan suhu muka laut (sea surface temperature) yang
dipublikasikan oleh NOAA.
Model prakiraan dengan saringan Kalman ini
diperbarui dan dikoreksi secara otomatis (authomatical
up date and correction) berdasarkan masukan data hasil pengukuran curah
hujan real time.
Model prediksi curah hujan yang digunakan
antar wilayah dan antar waktu selalu dimodifikasi sesuai dengan dinamika data
terbaru suhu muka laut dan curah hujan hasil pengukuran in situ. Berdasarkan
hasil validasi lapangan, ternyata pendekatan metode pemodelan curah hujan
dengan saringan Kalman terbukti efektif, karena model dapat mengintegrasikan
setiap perubahan yang terjadi di lapangan. Hasil ini membuka cakrawala baru
bahwa penggunaan satu model prediksi curah hujan berbagai wilayah setiap saat
tidak dapat dibenarkan.
Tingkat akurasi dan kemiripan polanya (pettern of similarity) untuk prakiraan
jeluk curah hujan bulanan periode 3, 6, dan 9 bulan dengan saringan Kalman
mencapai 80-90 persen. Tingginya akurasi prakiraan curah hujan itu sangat
bermanfaat dalam penyusunan: (1) saat dan pola tanam komoditas, (2) estimasi
tingkat kehilangan hasil relatif (relatif
loss yield) dengan menggunakan sistem buletin agroklimat.
Pemantauan perkembangan iklim dalam sistem
peringatan dini kekeringan dilakukan melalui analisis statistik pola perubahan
unsur iklim penciri. Asumsinya, setiap wilayah akan memiliki karakteristik,
pola dan besaran unsur iklim penciri yang berbeda di setiap musim dan menjelang
perubahannya.
Iklim Berjangka
Berdasarkan data time series iklim jangka
panjang, maka dapat ditetapkan karakteristik penciri unsur iklim setiap wilayah
untuk: musim hujan (MH), memasuki musim kemarau (MMK), musim kemarau (MK), dan
memasuki musim hujan (MMH).
Teknik pendekatan dan analisis ini terbukti
efektif, karena hasil validasi lapangan menunjukkan bahwa karakteristik penciri
status dan perkembangan iklim antar wilayah antar waktu terbukti di lapangan.
Ada wilayah yang perubahan musimnya ditandai
perubahan dominan arah angin selama periode tertentu, peningkatan kelembaban,
perubahan kecepatan angin atau kombinasinya.
Selanjutnya berdasarkan informasi: (1)
prakiraan curah hujan, (2) rekomendasi masa tanam, dan (3) kehilangan hasil
yang didukung dengan informasi kandungan lengas tanah sesaat (instantaneous soil moisture) di
lapangan, pengambil kebijakan dapat menyusun strategi mitigasi dan adaptasi
kekeringan.
Tersedianya informasi peringatan dini
kekeringan secara on line and real time
memungkinkan Pemerintah bersama masyarakat dapat menyusun skenario
pendayagunaan kekeringan sebagai suatu potensi dalam meningkatkan kuantitas dan
kualitas hasil serta pendapatan.
(Tulisan ini dimuat pada: Harian Umum Kompas – 25 Juli 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar