Sabtu, 18 Oktober 2014

Kementerian Dorong Desa terbitkan Perdes

Sumber : 

  1. Joglosemar.co
  2. SuaraMerdeka.com


Lahan Pertanian Menyempit
Dokumentasi: swaramerdeka.com
SUKOHARJO - Direktorat Jenderal Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana, Kementerian Pertanian menunjuk Desa Dalangan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo sebagai pilot project atau proyek percontohan pengelolaan pertanian modern terpadu. Untuk mewujudkan itu, petani setempat diajak konsolidasi untuk menghilangkan sekat atau pematang sawah seluas dua ratus hektare di sana. Selain itu, Kementerian juga mendesak desa menyusun Peraturan Desa (Perdes) tentang lahan pertanian.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian Gatot Irianto mengungkapkan alih fungsi lahan pertanian semakin memprihatinkan. Di mana banyak lahan pertanian yang dipergunakan untuk industri dann perumahan. Termasuk di Kabupaten Sukoharjo.  Padahal, ketersediaan pangan merupakan tolok kemakmuran suatu bangsa. “Penduduk semakin banyak, luas lahan pertanian menyempit, produktivitasnya rendah. Hasilnya juga rendah dan risikonya (gagal panen) justru lebih tinggi. Untuk itu perlu mengubah struktur,” tutur Gatot konsolidasi dan kelompok tani di Balai Desa Dalangan, Tawangsari, Sukoharjo, Rabu (15/10).
Untuk itu, selain mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), perlu diperjelas atau diturunkan di Perdes. “Seperti yang ada di Bojonegoro, di sana sepakat, sawah dipertahankan sampai titik darah penghabisan. Di sana disusun Perdes dan saya sudah punya kontrak dengan kepala daerah seluruh Indonesia tentang ini,” tandas Gatot.
Untuk itu, pihaknya mendorong seluruh desa termasuk Desa Dalangan, Tawangsari untuk menyusun Perdes itu. Termasuk, menyatukan pertanian untuk memaksimalkan penggarapan dengan mesin modern yang digadang-gadang bisa meningkatkan produktivitas pertanian. Artinya, tidak ada lagi pematang sawah yang menunjukkan batasan sawah satu dengan yang lainnya. “Nanti dibuat batas imaginer dengan patok di pinggir. Setelah menyatu semua baru bisa digarap dengan mesin modern. Tapi ini saya kembalikan kepada petani. Siap tidak?” terangnya.
Menurutnya, pengelolaan pertanian dengan mesin modern prosesnya akan semakin cepat. Mulai dari mengolah tanah, tanam, hingga panen. Pengaturan masa panen pun akan seragam dan lebih maksimal. Program ini juga digadang-gadang mampu menarik minat anak muda untuk terjun di bidang pertanian.
“Tanam hemat lebih murah 30 persen. Tenaga kerja sedikit, bayarannya pun bisa lebih besar. Dengan begitu tanam yang biasanya setahu dua kali bisa 3 kali,” imbuhnya. Kepala Dispertan Sukoharjo, Netty Harjianti mengatakan, penempatan program di Desa Dalangan Kecamatan Tawangsari ini mengacu salah satu syarat dari kementerian untuk menyediakan lahan lebih dari 100 hektare. Selain itu juga dari petani maupun kelompok tani juga sudah menyatakan kesiapannya. “Dari sisi lahan, petani, lokasi dan hasil panen di Desa Dalangan ini sudah memenuhi syarat dan siap dijadikan percontohan dari Kementerian Pertanian,” ujar Netty.
Dikatakan proyek percontohan ini terus disosialisasikan. “Di Sukoharjo dan daerah lain sawah itu identik dengan adanya pematang, dan dalam program ini pematang tersebut akan dihilangkan dan dijadikan satu untuk diolah dan dikelola bersama,” lanjutnya.
Sofarudin

Tidak ada komentar: